Data Rangking Siswa TP. 2007-2008

Kelas X :
1. IIN FARLINA
2. ROSANI
3. TANTI SATRIANI
4. RIDAUL FATONAH
5. FIRMAN S.
6. IKA SARTIKA
7. RESTI FITRIAH
8. RENI RENDARI
9. RINA HARINI
10. DEWI SHINTA

Kelas XI IPS:
1. RATNASARI
2. MEILINA SUTARI
3. SITI MULYANI
4. NANI GITA N.
5. FIRMAN S.
6. NURYANTI
7. AGUS KURNIAWAN
8. LIA ARYANTI
9. DAUD DAILIMY
10. ELVAN SEPTIAN


Kelas XI IPA:
1. SUCI SANDRA B.
2. ULFATUL H.
3. WIDA SINTAWATI
4. EVI SUSILAWATI
5. FEBI K.
6. DIAN FITRIANA
7. WANTI NURMA
8. TIRA INDIYANI
9. AFRIANTI
10. DEWI SUSANTI

Mangga Baca Selengkapnya......

Sebuah Catatan: Upaya Untuk Memetik Hikmah Isro Mi'roj


Memahami Isro dan Mi’roj
( Bagian Kesatu )


"Subhanallazi Asro bi'abdihi laylam minal masjidil harom mi ilal masjidil aqshollazi barokna haw lahu linuriyahu min ayatina innahu huwassami'ul basyir
"Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya untuk Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda kebesaran Kami.
Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat."
(QS. 17:1)

Pada ayat suci ini terdapat beberapa istilah yang harus dipahami dengan sesungguhnya, tidak mungkin diartikan sambil lalu saja. Istilah-istilah itu ialah :

Maha Suci Allah :
Dalam menyampaikan berita terjadinya peristiwa Mi'raj ini, Allah memulainya dengan kata-kata "Subhana" (Maha suci) ... kata-kata "Subhana" ini akan memberikan pengertian dalam hati seseorang bahwa disana ada kekuatan yang jauh dari segala macam perbandingan, kekuatan yang jauh melampaui segala kekuatan manusia dimuka bumi.
Maka makna kata "Subhanallah" ialah bahwa Allah itu Maha Suci DzatNya, SifatNya dan PerbuatanNya dari segala kesamaan. Kalu ada suatu macam perbuatan atau peristiwa yang disitu Allah mengatakan bahwa "Peristiwa itu Dia melakukan" maka kita harus mensucikan Dia dari segala undang-undang dan ketentuan yang berlaku untuk manusia, dan kita tidak boleh mengukur perbuatan Allah itu dengan perbuatan kita. Oleh karena itulah maka surat ini dimulaiNya dengan kata-kata "Subhana" (Maha Suci) sehingga akan timbul kesan didalam hati manusia bahwa peristiwa itu benar-benar peristiwa ajaib dan diluar jangkauan akal dan kemampuan manusia.
"Subhana" berarti juga "tanzih" (mensucikan).
Apabila Allah mengatakan "Subhana" berarti mensucikan perbuatan-Ku dari perbuatan-mu wahai makhluk.
Maknanya bahwa undang-undang atau ketentuan yang berlaku bagi "Perbuatan" Allah tidak sama dengan ketentuan yang berlaku bagi "Perbuatan" makhluk-makhlukNya.
Yang memperjalankan :
Subjek dari "Yang memperjalankan" dalam hal ini adalah Allah, dengan kalimat : "Al-Ladzii asraabi.."
Dalam ayat 8/70 dan 8/67 terdapat pula istilah "Asraa" yang artinya "tawanan", berupa kata benda, noun atau isim. Dalam konteks ayat 17/1 ini, kita mengartikan "Asraabi" dengan "Memperjalankan dalam penjagaan" sebagai kata kerja, verb atau fi'il. Hal ini dapat dibandingkan pada maksud ayat 26/52 dimana terdapat istilah yang sama tetapi fi'il amar untuk memperjalankan Bani Israil dengan penjagaan untuk menyeberangi laut merah.
Kalimat ini memberi pengertian bahwa Nabi Muhammad Saw itu di Asraa kan dalam pengertian di mi'rajkan oleh Allah, bukan Asraa dengan sendirinya alias kehendak Muhammad sendiri dan juga bukan atas kepintaran yang ada pada diri Nabi Muhammad, tetapi dengan keilmuan dan kekuasaan Allah yang memperjalankannya.
Hamba-Nya :
Dalam ayat ini Allah tidak menyebut lafal "RasulNya" atau lafal "Muhammad", tetapi disebutNya dengan lafal Bi'abdihi, yaitu dengan sifat "Ubudiyah" atau Penghambaan kepada Allah yang mana hal ini merupakan pintu datangnya karunia Allah, sebab semua Nabi dan Rasul yang nota bene merupakan panutan umat, diutus untuk membenarkan atau meluruskan cara penghambaan kita kepada Allah.
Kata sifat "Ubudiyah" atau penghambaan ini adalah kata-kata yang pahit, kata-kata yang sulit dan kata-kata yang dibenci oleh manusia, apabila terjadi antara sesama makhluk, antara yang satu terhadap yang lain, karena dengan demikian maka makhluk yang satu akan menjadi hamba bagi makhluk yang lain. Dan ini mengharuskan sihamba mencurahkan segala baktinya, semua tenaga dan kemampuannya kepada tuannya.
Tetapi penghambaan dari makhluk terhadap Al-Khaliq justru sebaliknya, yaitu Al-Khaliq yang dipertuan itulah yang akan memberi karunia kepada orang yang menghambakan diri kepadaNya.
Karena itu maka ubudiyah disini adalah suatu kemuliaan, manakala pengabdian itu meningkat maka pemberian karunia dari Allah Yang Maha Suci itu ditingkatkan pula.
Ini juga yang terjadi pada diri Nabi Isa as. putra Maryam yang disebutkan oleh Allah dalam surah 4:172 :
Layyastanifa almasihu ayyakuna 'abda lillahi walal mala'ikatul mukarrobun
"AlMasih tiada enggan menjadi hamba bagi Allah, demikian pula para malaikat yang dekat."
(QS.4:172)
Disamping itu, kata-kata "Bi'abdihi" ini dapat dipakai untuk memberikan jawaban penolakan atas orang yang berpendapat bahwa perjalanan malam Nabi Muhammad Saw ini hanya terjadi dengan ruhnya saja tanpa dengan jasadnya, sebab kata-kata "abd" (hamba) itu dipakai untuk ruh beserta jasadnya sekaligus, bukan untuk ruh saja atau jasad saja, sehingga tidak ada orang yang mengatakan ruh itu sebagai "abd" atau jasad yang tidak ber-ruh sebagai 'abd.
Pada suatu malam :
Jelas sudah, bahwa Nabi Muhammad Saw telah diperjalankan oleh Allah pada waktu malam hari.
Lalu kenapa mesti malam hari Rasul diberangkatkan ? Dapatkah kita jelaskan secara ilmiah, logis dan kejiwaan ?

Disini kita sudah sepakat bahwa Rasulullah diperjalankan secara logis, secara nyata dan real, maka sekarang kita akan berangkat pada keterangan yang juga logis dan ilmiah serta mengena kepada ilmu kejiwaan.
Masih ingat kisah Adam yang dulunya bertempat tinggal didalam Jannah yang kita artikan sebagai kebun yang subur yang berada diluar planet bumi pada bahagian pertama artikel saya ini ?
Sekarang coba anda perhatikan kembali ayat ke-14 dan ke-15 dari surah An Najm (53) yang telah saya cantumkan pada bagian awal :
14. Di Sidratil Muntaha.
15. Di dekatnya ada Jannah tempat tinggal,
Dan kemudian silahkan juga memperhatikan ayat-ayat berikut yang sudah pernah kita kemukakan pada pembahasan masalah Adam yang lalu :
"Maka Kami berkata:"Hai Adam, sesungguhnya ini (Iblis) adalah musuh bagimu dan bagi isterimu, maka sekali-kali janganlah sampai ia mengeluarkan kamu berdua dari Jannah, yang menyebabkan kamu menjadi aniaya. Sesungguhnya kamu tidak akan kelaparan di dalamnya dan tidak akan telanjang. Dan kamu tidak akan merasa dahaga dan tidak akan kepanasan".
(QS. 20:117-119)
Rasanya cocok sekali jika kita menghubungkan antara Jannah yang termaktub dalam ayat ke-15 surah 53 itu dengan Jannah dimana dulunya Adam dan istri pernah tinggal sebelum "diterbangkan" keplanet bumi.
Coba perhatikan dengan baik, Jannah tempat dimana Adam berada itu dikatakan tidak akan merasa kepanasan, dan saya mengasumsikan bahwa Jannah itu letaknya ada di Muntaha dimana Rasulullah Muhammad Saw melakukan perjalanannya pada peristiwa Mi'raj.
Jadi, Muntaha itu adalah nama sebuah tempat yang bisa juga sebuah planet yang berada diluar angkasa dan untuk sementara bisa kita katakan kedudukannya berada diatas orbit bumi, seperti halnya dengan kedudukan planet Mars, Jupiter, Saturnus, Uranus, Neptunus dan Pluto.
Untuk jelasnya mungkin anda bisa melihat didalam "Peta Ruang Angkasa" yang menggambarkan posisi kedudukan planet-planet dalam tata surya yang mengelilingi matahari dalam gugusan Bimasakti. Dimana ada dua planet yang berkedudukan dibawah orbit bumi dan dekat dengan matahari, yaitu Merkuri dan Venus.
Planet bumi kita ini jaraknya dengan matahari adalah 150 Juta Km dengan lamanya waktu mengelilingi matahari dalam 365,25 hari.
Bandingkan dengan planet Pluto sebagai planet terjauh yang berhasil diketahui oleh para ahli tahun 1930 sampai hari ini (1998) yang memiliki jarak 5.900 Juta Km dari matahari, bergaris tengah hanya 6.400 Km.
Jarak rata-rata Pluto dari matahari paling besar dibandingkan dengan jarak antara matahari dengan planet lainnya. Tetapi lintasan edar Pluto agak "unik" dan menyilang lintasan planet Neptunus. Akibatnya, Pluto kadangkala beredar/mengembara disebelah dalam lintasan orbit Neptunus.
Pluto akan mencapai titik terdekat dengan kita ditahun 1989 yang lalu, kemudian menjauh dan titik terjauh akan dicapainya pada tahun 2113 yang akan datang.
Sangat sedikit memang yang kita ketahui mengenai Pluto, namun ada dugaan bahwa planet itu terdiri dari material yang sangat padat.
Dan para ahli ditahun 1972 memperkirakan bahwa adanya planet diluar lintasan Pluto, pada jarak kurang lebih 9.660 juta-juta kilometer.
Gaya tarik gravitasi planet tersebutlah yang menyebabkan perubahan kecil pada lintasan beberapa komet. Dengan cara yang sama pula kehadiran Pluto telah diduga 15 tahun sebelum penemuannya, yaitu setelah penelaahan atas perubahan pada lintasan orbit Neptunus
Nazwar syamsu, seorang penulis buku-buku seri Tauhid dan logika (Sekarang dilarang beredar) yang juga menjadi salah satu buku acuan saya didalam mengemukakan pendapat, pernah menyimpulan, bahwa planet tersebut adalah Muntaha yang dimaksudkan oleh Qur'an sebagai tempat Mi'rajnya Nabi Muhammad Saw.
Landasan Nazwar Syamsu berpendapat begitu karena menurutnya, planet ke-10 tersebut letak orbitnya yang berada diatas orbit planet bumi kemudian juga jaraknya yang jauh dari matahari kita yang dicocokkannya dengan bunyi ayat ke-119 dari surah An Najm yang menyatakan bahwa Adam tidak akan kepanasan disana (yang diasumsikan sebagai panasnya sinar matahari), serta pasnya penomoran Qur'an dengan 7 lapis langit yang ada diatas kita (yang diterjemahkannya dengan 7 buah planet yang mengorbit diatas bumi).
Masing-masing planet yang ada diatas orbit bumi itu ialah :
1. Mars
2. Jupiter
3. Saturnus
4. Uranus
5. Neptunus
6. Pluto
7. Muntaha
Dan dasar dari pemahaman beliau adalah dari ayat Qur'an yang memang banyak sekali mengungkapkan tentang adanya 7 langit atau terkadang disebut dengan tujuh jalan yang diciptakan oleh Allah Swt.
Satu diantaranya adalah sbb :
"Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis dan kamu sekali-kali tidak akan melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang?"
(QS. 67:3)
Dan yang menjadi alasan kenapa perjalanan yang dilakukan oleh Nabi Muhammad Saw pada malam hari adalah jika orang berangkat meninggalkan bumi pada siang hari, maka dia akan mengarah kepada matahari yang menjadi pusat orbit planet-planet. Dan hal itu bukan berarti "Naik" tetapi "Turun", karena semakin dekat kepada pusat orbit atau kepusat rotasi, maka itu berarti turun, sedangkan Muhammad menyatakan beliau telah naik waktu mengalami Asraa (perjalanan) itu.
Ayat 17/11 yang sedang kita analisis ini menyatakan bahwa Muhammad dari Masjidil Haraam dibumi naik ke Muntaha, yang mana untuk sementara ini kita simpulkan dulu bahwa kedudukan Muntaha itu mengorbit diatas bumi dan bukan dibawah bumi. Kalau orang naik dari bumi menuju Muntaha hendaklah dia berangkat waktu malam yaitu bergerak dengan menjauhi matahari selaku titik yang paling bawah dalam tata surya kita.
Orang mengetahui bahwa semesta, galaksi, tata surya dan planet, masing-masingnya mengalami perputaran.
Setiap putaran tentunya memiliki pusat putaran yang langsung menjadi pusat benda angkasa itu. Semuanya bagaikan bola atau roda yang senantiasa berputar. Maka sesuatu yang menjadi pusat putaran dikatakan paling bawah dan yang semakin jauh dari pusat putaran dinamakan semakin atas.
Dalam hal ini keadaan dibumi dapat dijadikan contoh.
Pusat putaran bumi dikatakan paling bawah dan yang semakin jauh dari pusat itu dikatakan semakin atas.
Akibatnya, orang yang berdiri di Equador Amerika dan orang yang berdiri dipulau Sumatera, pada waktu yang sama, akan menyatakan kakinya kebawah dan kepalanya keatas, padahal kedua orang tersebut sedang mengadu telapak kaki dari balik belahan bumi, tetapi masing-masingnya ternyata benar untuk status bawah dan atas yang dipakai dipermukaan bumi ini.
Demikian juga jika contoh itu dipakai untuk status tata surya dimana matahari sebagai bola api langsung bertindak jadi pusat kitaran ataupun peredaran.
Karenanya matahari dikatakan paling bawah dan yang semakin jauh dari matahari dinamakan semakin atas.
Venus dan Mercury berada dibawah orbit bumi karena keduanya mengorbit dalam daerah yang lebih dekat dengan matahari, jadi jika ada penduduk bumi yang pergi ke Venus, Mercury atau Matahari, maka orang tersebut turun bukan naik, karenanya Venus dan Mercury tidak mungkin disebut sebagai langit bagi planet bumi kita, sebab yang dikatakan langit adalah sesuatu yang berada dibahagian atas, tetapi benar kedua planet itu menjadi langit bagi matahari sendiri.

Dr. Maurice Bucaille, salah seorang pakar Islam yang terkenal dengan bukunya Bibel, Qur-an dan Sains Modern, mengemukakan bahwa AlQur'an menamakan planet dengan kata "KAUKAB", dimana kata jamaknya adalah "KAWAKIB."
Begitupula dengan arti yang diberikan oleh Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap, karangan Achmad Warson Munawwir terbitan Pustaka progressif, menyatakan Kaukab (single) dan Kawakib (plural) itu dengan dua arti, yaitu bisa berarti planet dan bisa juga berarti bintang.
Dr. Maurice Bucaille menambahkan, bahwa bumi adalah salah satu dari planet-planet tersebut dan jika ada orang menduga akan adanya planet lain diluar orbit pluto (Dalam hal ini untuk gugusan Bimasakti), maka planet itu harus ada dalam sistem matahari juga.
Saya pribadi cenderung menyetujui pendapat dari Dr. Muhammad Jamaluddin El-Fandy, seorang sarjana Islam kenamaan yang menuliskan buku Al-Qur'an tentang alam semesta (judul aslinya : On cosmic verses in the Quran) bahwa yang disebut dengan langit atau dalam bahasa Qur'an adalah Sama', ialah :
Setiap sesuatu yang kita lihat tentang benda-benda yang berada diangkasa, seperti matahari, bintang dan planet sampai jauh kedalam ruang alam semesta raya, yang bersama-sama dengan bumi membentuk satu kesatuan yang kokoh dan merupakan keseluruhan alam wujud, itulah langit.
Adapun angka 7 yang dipakai didalam AlQur'an sebanyak 24 kali adalah untuk maksud yang bermacam-macam. Seringkali angka 7 ini berartikan "Banyak" tetapi kita umat Islam tidak tahu dengan pasti, apa maksud dengan dipakainya angka tersebut oleh Allah.
Sementara itu, bagi orang-orang Yunani dan orang-orang Romawi, angka 7 ternyata juga mempunyai arti "Banyak" dalam makna jumlah yang tidak ditentukan.
Dalam Qur'an angka 7 dipakai 7 kali untuk memberikan bilangan kepada langit (Sama'), angka 7 dipakai satu kali untuk menunjukkan adanya 7 jalan diatas manusia.
Rasanya terlalu kaku untuk mengatakan bahwa Muntaha itu letaknya berada diluar orbit Pluto dan merupakan planet yang ke-10 dalam lingkungan tata surya kita atau merupakan planet ke-7 yang berada diatas orbit bumi.
Hal ini akan saya uraikan lagi pada penjelasan mengenai arti "Masjidil Haraam dan Masjidil Aqsha".
Saya lebih cenderung mengartikannya sebagai sebuah planet yang keadaannya tidak berbeda jauh dengan bumi tempat kita tinggal saat ini, dimana disana juga ada peredaran benda-benda langit yang mengelilingi sebuah matahari. Dan yang jelas, planet "bumi" Muntaha ini letaknya diluar galaksi Bimasakti kita.
Dia bisa terletak digugusan bintang mana saja didaerah alam semesta yang sangat luas.
Dan pernyataan bahwa Muntaha dan Jannah yang berkedudukan diatas bumi, itu memang benar, memang mereka berkedudukan diluar bumi.
Juga pernyataan Allah pada ayat 2:36 mengenai kata "Ihbithu" seperti yang pernah kita bahas pada waktu pengupasan masalah Adam pada artikel sebelumnya dan akan kita ulangi sedikit disini adalah benar.
"Pergilah !" itu adalah kalimah perintah, dan dalam bahasa Qur'annya adalah "ih bithu" , dan arti sebenarnya adalah : "Turun dari tempat yang tinggi.", seperti dari gunung, dan juga dipakai dengan arti "Pindah dari satu tempat kesatu tempat lain." Dan karenanya ada juga penafsir yang memakai kata "Turunlah" saja.
Allah menyuruh Adam dan istri untuk turun dari tempat yang tinggi, yaitu Muntaha (dimana nantinya juga Muhammad akan kembali kesana dan berada pada ufuk yang tinggi tersebut), ini bisa kita tafsirkan bahwa saking tingginya, atau saking jauhnya letak Muntaha yang ada Jannah tersebut, maka Allah menggunakan kata "Ih bithu" atau Turunlah ! Atau berpindahlah dari sini kesana.
Kembali pada permasalahan kita semula, yaitu kenapa perjalanan Nabi Muhammad Saw itu dilakukan pada waktu malam hari dan tidak pada waktu lainnya (pagi, siang, sore).
Saya berpendapat, bahwa salah satu alasan logis lain yang bersifat kejiwaan disamping alasan yang dikemukakan oleh Nazwar Syamsu adalah pada malam hari, keadaan diliputi oleh ketenangan, apalagi jika kita mengilas balik seperti apa kira-kira keadaan Arabia pada masa itu jika malam menjelang.
Selain itu, suasana malam adalah suasana yang khyusuk didalam beribadah, suasana dimana manusia menghentikan kegiatan mereka untuk sementara waktu dan mengistirahatkan pikiran dan jiwa mereka dari kesibukan sehari-hari, dan merupakan suasana yang sangat hening yang membantu menciptakan kondisi yang cocok bagi upaya mendekatkan diri kepada Allah.
AlQur'an memberikan petunjuk yang jelas bahwa saat terbaik upaya ibadah yang berkualitas ialah pada waktu malam hari. AlQur'an mencatat suasa malam itu untuk menjalin hubungan yang terbaik dengan Allah :
"Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (AlQur-an) pada malam kemuliaan."
(QS. 97:1)
Untuk ibadah, shalat tahajud, saat-saat terbaik merasakan kelezatan malam sekitar bagian ketiga menjelang fajar. Jauh dari rasa riya' dan ujub serta takabur karena tidak ada orang lain yang mengetahuinya.
"Berdirilah melakukan shalat malam hari, walau jangan hendaknya seluruh malam itu, separuhnya saja atau kurang dari itu."
(QS. 73:2,3)
"Sesungguhnya bangun waktu malam itu adalah paling baik dan cocok untuk shalat dan paling baik untuk memuji Allah."
(QS. 73:6)
"Sesungguhnya pada pertukaran malam dan siang itu dan pada apa yang diciptakan Allah di langit dan di bumi, benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang bertaqwa."
(QS. 10:6)

Mangga Baca Selengkapnya......

FOTO Kegiatan Outbound Siswa SMA Pasundan Di Kamojang Garut 2007

Mangga Baca Selengkapnya......

Prov. Jabar Mengejar Terpenuhinya Anggaran Pendidikan 20%

Dana Pendidikan 20%, Beberapa Kegiatan SKPD Dikurangi

gubernur

Visi Jawa Barat

"Dengan Iman dan Takwa, Jawa Barat Sebagai Provinsi Termaju dan Mitra Terdepan Ibukota Negara Tahun 2010"

wakil gubernur

Ahmad Heryawan

Yusuf M Effendi

Gubernur Jawa Barat Wakil Gubernur Jawa Barat


Pan-Gar DPRD merespon rencana Pemprov. Jabar yang akan mengalokasikan 20% anggaran pendidikan dari jumlah volume anggaran. Pan-Gar merespon positif rencana tersebut dan diharapkan dapat direalisasikan dalam APBD tahun 2009.


Tentang pendukungan anggaran, merujuk pada perkembangan kemampuan anggaran dalam APBD, keterbatasan anggaran masih menjadi tantangan dalam pengalokasian 20% anggaran pendidikan. Hal tersebut, harus dipersiapkan solusinya melalui pengurangan frekuensi dari beberapa kegiatan, papar anggota Pan-Gar DPRD Jabar, Helmi Attamimi dalam keterangannya kepada jabarprov.go.id (14/7).

Menurut Helmi, Pemprov. Jabar bersama-sama legislative sudah menggagas alokasi dana pendidikan sebesar 20% pada penyusunan APBD tahun 2008 secara bertahap. Dana pendidikan sebesar 20% ditargetkan dapat direalisasikan dalam tahun 2010 mendatang.

Sementara itu, Gubernur dan Wagub periode 2008-2013 telah mengagendakan program pendidikan sebagai program strategis yang salah satunya penganggaran dana pendidikan sebesar 20% di tahun 2009.

Legislatif Jabar merespon rencana tersebut, sehingga dalam tahun 2009 alokasi dana pendidikan akan diperjuangkan mencapai 20% dari jumlah volume APBD. Jika hal tersebut dapat terealisasi, beberapa kegiatan yang saat ini sudah rutin yang tersebar di SKPD diharapkan dikurangi.

Kegiatan yang direkomendasikan untuk dikurangi frekuensinya atau diefisienkan antara lain : perjalanan dinas, pembelian BBM untuk kendaraan dinas serta pemeliharaan kendaraan dinas.

Selain itu, sambung Helmi, dalam rangka mendukung pengalokasian dana pendidikan sebesar 20% upaya mendongkrak pendapatan harus terus digalakkan. Langkah tersebut, tentunya harus diimbangi dengan perbaikan fasilitas layanan public.

Solusi berikutnya, dalam rangka efisiensi anggaran, penyertaan modal untuk BUMD yang sampai saat ini belum memberikan kontribusi yang signifikan sebaiknya pemberian penyertaan modal untuk sementara tidak diberikan.

Jika dalam tahun 2009, dana pendidikan dapat mencapai 20% dari jumlah volume APBD Dinas Pendidikan diharapkan dapat membuat rencana program secara terpadu, baik dengan Pemerintah Pusat maupun dengan Pemkab/Pemkot.

Rencana program secara terpadu, diantaranya sangat diperlukan dalam rangka menuntaskan perbaikan sarana dan prasarana sekolah, dimana kerusakan di Jabar terbilang tinggi yang mencapai 30%.

Langkah lainnya yang diperlukan, ujar Helmi mengoptimalkan pengawasan penggunaan anggaran untuk mencegah terjadinya kebocoran anggaran serta mengoptimalkan sinergitas pelaksanaan program pendidikan untuk mencegah terjadinya duplikasi anggaran.

dari: jabarprov.go.id, Senin, 14 Juli 2008

Mangga Baca Selengkapnya......