Guru SMA Pasundan Garut


  1. Dra. Ilah Susanti ( Sosiologi dan Geografi )
  2. Jony Pauspita, S.Pd. ( Matematika )
  3. Ipin Syarifin ( Penjaskes )
  4. Arif Budiman, S.Pd. ( Penjaskes )
  5. Eneng Sumiati, S.Pd. ( Fisika )
  6. Aay Hendrayani, S.Pd. ( Ekonomi )
  7. Anita Meliani, S.Pd. ( Biologi )
  8. Keukeu Sri Mulyani, S.Pd. ( Bahasa Indonesia )
  9. Neng Tati Rohayati, S.Pd. ( Bahasa Indonesia )
  10. Neulis Lisnawati, S.Pd. ( Bahasa Sunda )
  11. Ai Sugiarti, A.Md. ( Bahasa Jepang )
  12. Yusuf Supriatna, S.Pd. ( PKn)
  13. Dadan Ramdani, S.Pd. ( Bahasa Inggris )
  14. Dra. Eka Nurmaherwati ( Bahasa Inggris )
  15. Ii Lukmanul Hakim, S.Pd (Sejarah)
  16. Cepi Permana, S.Pd. ( Kimia )
  17. Deni Efendi, ST. (Fisika / Pramuka )
  18. Tuti Haryati, S.Ag. ( PAI & Kesenian )
  19. Rostina Hadiyanti, S.Pd. ( Kimia)
  20. Asep Suryadi, S.Sn. ( Kesenian )
  21. Dian Damayanti, S.Pd (Matematika)
  22. Reni Rianti, S.Pd. ( Bahasa Inggris )
  23. Rana Dariana, S.Ag. ( PAI & TIK )

Mangga Baca Selengkapnya......

STAF TATA USAHA SMA PASUNDAN GARUT

Pak Apit Ruhyana










Pak Deni Hardina SWD

Mangga Baca Selengkapnya......

NUPTK SMA PASUNDAN GARUT


Klik Toggle Full Screen (sebelah kanan)

Untuk Memperbesar Tampilan

Mangga Baca Selengkapnya......

Inilah 5 Situs Internet Yang Harus Anda Tahu


Miliaran situs tersebar di jagad maya, mungin hanya puluhan saja yang bermanfaat buat anda. Berikut kami berikan beberap situs yang pasti bermanfaat buat anda. Mungkin situs – situs berikut kurang popular, tapi silakan anda rasakan manfaatnya.

1. Multiple Search Engines : http://www.nowgoogle.com
Apakah anda pernah menggunakan nowgoogle.com utuk melakukan searching di internet? Mulai sekarang gunakan nowgoogle.com untuk ursan pencarin. Kenapa? dengan menggunakan nowgoogle.com berarti anda juga sudah menggunakan beberapa search engine besar seperti google, yahoo, bing salam waktu bersamaan. Pasti hasil pencarian lebih cepat dan akurat. Anda juga bisa menentukan beberapa Mode pencarian, untuk searching lebih spesifik.

2. Multi File Hosting : http://www.docmirror.com
Mungkin anda pernah ingin membagikan file anda di internet? Bingung bagaimana caranya? Atau males upload file ke beberapa file hosting? Nah dengan DocMirror.Com cukup satu kali upload, file yang akan anda bagikan / share akan di upload ke beberapa file hosting besar secara bersamaan. kemudian cukup dengan mebagikan link dari file anda tsb, teman, atau pengguna internet lainnya sudah bisa mendownload file anda dengan beberapa alternatif file hosting yang cocok buat mereka.

3. Video Search Engine : http://www.video-searchengine.com
Penah mencari video di internet? Pasti anda kan langsung menuju youtube. Ada cara lebih ok, untuk urusan mencari file video di internet, gunakan video-searchengine.com karena situs ini akan mencari video di beberapa hosting video termasuk youtube.

4. Image Hosting Gratis : http://www.imagedum.com
Berbagi file gambar di internet? Cukup upload file anda di imagedum.com. Gampang, cepat, unlimited space, unlimited bandwidth. Cocok untuk blogger, forum maniac dll. Anda tidak perlu registrasi untuk menggunakan semua layanan diatas. Aseknya lagi, imagedum.com tekoneksi dengan facebook.

5. Url Shortner : http://www.urlshorting.com
Anda ingin memendekkan url anda atau url yang anda temui? Atau menyamarkan link affiliasi anda? Gunakan layanan dari : urlshorting.com, tanpa perlu registrasi.

Oh ya masih ada beberapa situs pencarian spesifik yang akan sangat membatu anda untuk urusan pencarian data atau file di internet. Seperti pencarian file audio/mp3, pencarian ebook dll. Gunakan http://www.nowgoogle.com

Mangga Baca Selengkapnya......

Pahlawan Vs Pengkhianat


Bulan Nopember gini emang paling asik ngomongin tentang pahlawan. Soalnya tiap tanggal 10 Nopember, bangsa Indonesia biasanya suka memperingati momen itu sebagai hari pahlawan. Pahlawan kemerdekaan pembela bangsa dan negara pun dipuja-puja dan disanjung. Bahkan khas negara nasionalis yang suka mengadakan upacara bendera, mengheningkan cipta bagi arwah para pahlawan juga menjadi menu wajib.

Terlepas dari lirik lagu mengheningkan cipta yang nyerempet pemujaan terhadap para pahlawan secara berlebihan, pada faktanya jasa para pahlawan itu diabadikan cuma sebatas monumen dan museum, nggak lebih. Kasihan banget ya? Hmm…

Pahlawan bangsa dipuja

Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawannya. Kamu semua pasti pernah dengar ungkapan tersebut ya. Alhasil, penghargaan jasa para pahlawan ini diwujudkan dalam bentuk materi berupa patung, monumen, prasasti dan semacamnya. Semua hal tersebut memberi kesan heroik agar bisa ditiru oleh generasi setelahnya.

Upacara tiap hari Senin dan hari-hari besar nasional pun digelar, dalam rangka mengingat jasa para pahlawan dan menumbuhkan semangat nasionalisme di kalangan generasi penerus. Bagi mereka yang mangkir upacara karena satu dan lain alasan, bakal dituduh nggak berjiwa nasionalis en nggak menghargai perjuangan para pahlawan. Tapi sesungguhnya, apakah bisa kesetiaan nasionalisme diukur dari rajin nggaknya seseorang ikut upacara bendera? Nggak banget. Coba deh kamu pikir dan rasa dalam-dalam (idih dalam, emangnya gali sumur!)

Wajah-wajah para pahlawan dicetak dalam bentuk poster kemudian ditempel di dinding-dinding kelas mulai SD sampai SMA. Dianggapnya dengan cara seperti ini jasa para pahlawan itu sudah terbayar lunas. Padahal faktanya generasi muda kita termasuk kamu-kamu semua belum tentu juga mengenal mereka yang dipajang itu. Kenal saja nggak apalagi meneladani perjuangannya. Maka tak heran di kelas saya dulu ketika zaman SMA, foto-foto para pahlawan itu diganti dengan foto-foto penghuni kelas terutama mereka yang memang kepingin sok ngartis. Dan uniknya, tak ada satu guru pun yang protes. Mungkin dianggapnya lebih kreatif karena mereka berpose ibaratnya pahlawan dengan warna hitam putih seolah-olah gambarnya diambil tempoe doeoloe.

Tidak itu saja, pahlawan juga banyak tuh yang dibuatkan patungnya. Bukannya menghormati dan menghargai, para pahlawan ini riskan dipuja-puja berlebihan sehingga menghilangkan esensi makna kepahlawanan itu sendiri. Mereka toh tak pernah meminta untuk dipuja dan dipuji sedemikian rupa. Mereka hanya ingin agar perjuangan yang telah dilakukannya diteruskan dengan sebaik-baiknya, bukan malah dinodai dengan menggadaikan negeri.

Pahlawan bangsa dikhianati

Coba kamu perhatikan bagaimana para pahlawan bangsa ini dikhianati oleh mereka yang mengaku sok nasionalis. Waduh, jangan keburu merinding bulu betis kamu ya, ini bukan soal gawat-gawatan, tapi biar kamu nyadar aja gitu. Nyantai aja. Ok?

Perjuangan para pahlawan demi memerdekakan rakyat negeri ini dari penjajahan bangsa asing, penuh dengan pengorbanan darah, harta, airmata bahkan nyawa. Mereka tidak rela harga diri sebagai bangsa dinjak-injak harkat dan martabatnya, sehingga tak ada jalan lain kecuali berjuang. Dan ketika akhirnya perjuangan itu telah membuahkan hasil, ternyata pengkhianat bangsa mengambil alih peranan. Dimulai dari kampanye agar rakyat memilihnya, para pengkhianat ini menggadaikan negeri Indonesia dengan harga murah melalui UU. Di antara UU itu adalah UU migas, UU kelistrikan, dan banyak UU lainnya yang intinya adalah ketundukan terhadap kekuatan asing yang jelas-jelas berniat menjajah Indonesia dalam wajah baru. Nah, lho, kamu kudu ngeh tuh. Jangan cuma ngeh hasil pertandingan sepakbola aja atau hapal lagu-lagu anyar dari seleb idolamu. Catet, yo!

Para pengkhianat ini bersembunyi di balik jas rapi dan berdasi yang kerjanya cuma rapat basa-basi. Sedikit ada peluang untuk memperkaya diri, maka korupsi pun dilakoni. Nggak peduli lagi deh sama rakyat yang mati kelaparan, yang penting keluarga sendiri aman dan sejahtera. Bolehlah sekali-kali terjun ke lapangan berbaur dengan rakyat miskin asal dengan syarat disorot kamera demi keuntungan memperoleh suara bila pemilu datang. Halah!

Itulah gambaran Indonesia kini dengan para pejabat yang sok mengaku berjiwa nasionalis dan sok menasihati pentingnya menghargai jasa para pahlawan. Di saat yang sama mereka pula yang menjual bangsa ini pada asing, melakukan korupsi besar-besaran di seluruh lapisan jabatan, menggusur rakyat tak berdaya dan diganti dengan mal-mal modal asing, dll. Hehehe.. jangan sport jantung dulu dengan gaya tulisan ini ye! Belum maksimal kok. Ini baru narik tali gas dikit aja.

Sungguh kasihan para pahlawan kita, jerih payahnya disalahgunakan oleh para pejabat oportunis itu. Darah dan nyawanya ternyata cuma seharga bangunan fisik gedung-gedung bertingkat atas nama pembangunan. Di manakah rakyat kecil yang dulu selalu dibela oleh para pahlawan itu? Ternyata rakyat yang dicintai oleh para pahlawan itu tinggal di kolong jembatan, berlari-lari dikejar satpol PP, bayi-bayi yang busung lapar, mereka yang tak berdaya dihempas kemiskinan struktural alias tak bisa kaya karena dibuat miskin oleh negara.

Ayo, hargai jasa pahlawan!

Menghargai jasa pahlawan bukan cuma bisa dilafalkan di mulut atau hanya berbentuk seremonial belaka dengan mengheningkan cipta pada upacara bendera. Menghargai jasa para pahlawan adalah pertama mula meluruskan sejarah bangsa yang banyak dibelokkan demi kepentingan golongan tertentu saja, utamanya sih yang sedang berkuasa pada saat sejarah ditulis. Sudah saatnya kebohongan kepada publik mulai dibongkar dan kebenaran ditunjukkan ujud nyatanya.

Bung Tomo dengan suaranya yang menggelegar dan menggugah semangat berjuang arek Suroboyo, tidak semata-mata melakukan itu semua demi membela bangsa dan negara saja. Lebih dari itu, mengusir penjajah dari bumi tempatnya berpijak adalah sebuah kewajiban dan kesadarannya dalam berakidah Islam. Jika bukan karena dorongan Islam, mengapa pula Bung Tomo bersusah-payah memekikkan takbir sebelum menyerang musuh? Tul nggak?

Pahlawan yang lain demikian pula. Mulai dari nama-nama sekaliber Pangeran Diponegoro, Imam Bonjol, Teuku Cik Ditiro, Cut Nyak Dien, Pattimura, Sultan Hasanuddin, Fatahillah dll berjuang melawan penjajah bukan semata-mata membela bangsa dan negara. Sejatinya, Islam adalah motivator utama ketika akidah dan syariah yang saat itu menjadi peraturan kesultanan-kesultanan Islam di nusantara, diinjak-injak oleh para imperialis Belanda dan ‘balad korawanya’ macam Portugis dan Inggris. Hal inilah yang seringkali disembunyikan dari kita, seolah-olah kesan yang ditimbulkan adalah para pahlawan itu sangat nasionalis sekali perjuangannya. Nggak banget deh!

Pada faktanya, para pahlawan itu tak mengenal istilah nasionalisme ketika itu. Mereka berjuang karena dorongan akidah Islam karena penjajah mulai menginjak-injak harga diri mereka sebagai manusia. Parahnya lagi, para penjajah juga bertugas sebagai misionaris dan berusaha memurtadkan penduduk nusantara yang notabene muslim untuk menjadi Kristen. Jadi, sudah saatnya jalannya sejarah yang nggak bener itu untuk kembali diluruskan. Agar jasa para pahlawan itu akan terlihat jelas sehingga generasi muda mampu menghargainya dengan bingkai sejarah kejujuran.

Langkah kedua untuk menghargai jasa para pahlawan adalah menjalankan roda pemerintahan negeri ini dengan baik dan benar. Baik artinya adalah dikelola oleh mereka yang memang orang baik di bidangnya. Bukan hanya profesional namun juga berahlak mulia sehingga jauh dari niat dan tindakan korupsi ataupun hal-hal yang merugikan rakyat. Benar artinya adalah negeri ini dikelola dengan aturan yang benar. Aturan yang benar ini sudah diberikan panduannya oleh Yang Mahamemiliki Kebenaran berupa syariat Islam dalam segenap aspek kehidupan, bukan cuma kalo mati dan kawinan saja Islam baru dipake.

Langkah selanjutnya adalah menjadikan sejarah itu sebagai cermin untuk melangkah ke depan. Sejarah kelam jangan ditutupi namun jadikan pembelajaran agar jangan terulang. Misal sejarah kelam dihapuskannya kalimat ‘dengan menjalankan syariat Islam bagi pemeluknya’ dari sila pertama Pancasila. Lalu sejarah kelam Tanjung Priok 1984 yaitu dibunuhnya para ulama yang menolak azas tunggal oleh rezim orde baru. Nggak perlu deh ditutup-tutupi lagi karena toh yang namanya bangkai pasti akan tercium juga. Betul ndak?

Hal yang sama berlaku juga dalam sejarah emas Indonesia yaitu berani meluruskan bengkoknya sejarah kebangkitan nasional. Budi Utomo yang jelas-jelas menolak persatuan Indonesia dan menolak pemakaian bahasa Indonesia karena para pimpinannya lebih memilih bahasa Jawa dan Belanda, tidak lagi pantas dijadikan tonggak kebangkitan nasional. Syarikat Islam (SI)-lah yang pertama kali menyadarkan pentingnya persatuan nasional melalui Kongres Nasional Central SI di Bandung. Bila pemerintah berani mengambil langkah kejujuran ini, maka so pasti generasi muda kita nggak akan pernah hidup lagi dalam kebohongan sejarah, insya Allah.

Jadilah pahlawan, bukan pengkhianat

Yup, jangan jadi pengkhianat karena tempat yang pantas buat mereka cuma di neraka. Ih…takut banget kan? Pahlawan bukan cuma sebatas skala nasional, tapi jadilah pahlawan yang lintas batas sebuah bangsa yang sempit. Pahlawan internasional dengan Islam saja yang layak mendapat pengorbanan kita, bukan nusa dan bangsa dalam bingkai nasionalisme. Bila Islam yang kita bela, sudah tentu nusa dan bangsa termasuk di dalamnya. Tapi bila membela nusa dan bangsa, belum tentu kita masuk surga karena sungguh Rasulullah melarang kita untuk terpecah-pecah karena kesukuan dan kebangsaan.

Muslim di Malaysia, di China, Amerika, Arab, Inggris, Palestina, di mana pun mereka berada, mereka adalah saudara kita. Jangan sampai kita menjadi pahlawan bangsa dengan membunuh saudara seiman, naudzhubillah. Jadi tak ada gunanya bertengkar karena hal sepele dengan negara tetangga seperti masalah perbatasan atau kesenian. Musuh sebenarnya kita adalah kapitalisme yang diemban oleh Amerika dan sekutunya untuk dipaksakan pada kita. Bila kita lengah dan menjadi pengikutnya, maka sungguh kita telah menjadi pengkhianat sejati. Pengkhianat bagi negeri, rakyat sendiri, hati nurani, dan tentunya mengkhianati Islam.

Semua ada di tangan kita untuk memilih, akan menjadi pahlawan ataukah pengkhianat? Dan semua perbuatan sudah pasti akan ada pertanggungjawaban masing-masing.So, tancapkan dalam hatimu bahwa kita adalah generasi baru yang akan menghargai jasa pahlawan tidak sebatas simbol saja, tapi dalam tataran nyata dengan Islam saja sebagai pedoman hidup bernegara bagi seluruh kaum muslimin. Bagaimana, setuju kan? Harus itu!
[ria: riafariana@yahoo.com] Dari Buletin Gaul Islam.com

Mangga Baca Selengkapnya......

Undak Usuk Basa


RINGKESNA
UNDAK USUK BASA SUNDA.

Jaman ayeuna undak usuk basa Sunda teh aya 5 panta :
1. Basa Cohag atawa Basa Kasar Pisan. Dipakena ka sato
, atawa ka jalma dina urang keur ambek, saperti Cokor sia, bangus anjing, lebok ku sia..!

2. Basa Wajar atawa Basa Loma. Jaman beh ditu sok disebut Basa Kasar. Dipakena ka babaturan nu geus loma. Di kalanagan rayat (pilemburan ?MS) mah ka indung bapa, ka dulur saluhureun jste oge nu dipake teh basa loma bae.
Contona :
Kumaha dulur maneh (silaing) teh geus cageur..?
Manggih naon Kang, peuting tadi di panglalajoan teh?
Rek ka mana Ma? Kuring milu.


RINGKESNA UNDAK USUK BASA SUNDA. Jaman ayeuna undak usuk basa Sunda teh aya 5 panta : 1. Basa Cohag atawa Basa Kasar Pisan. Dipakena ka sato, atawa ka jalma dina urang keur ambek, saperti Cokor sia, bangus anjing, lebok ku sia..! 2. Basa Wajar atawa Basa Loma. Jaman beh ditu sok disebut Basa Kasar. Dipakena ka babaturan nu geus loma. Di kalanagan rayat (pilemburan ?MS) mah ka indung bapa, ka dulur saluhureun jste oge nu dipake teh basa loma bae. Contona : Kumaha dulur maneh (silaing) teh geus cageur..? Manggih naon Kang, peuting tadi di panglalajoan teh? Rek ka mana Ma? Kuring milu. 3. Basa Panengah. Dipakena ka sahandapeun, tapi teu werat make basa loma, lantaran aya ajeneunana. Lantaran kecap-kecap basa panengah teu pati loba, biasana sok dicampur ku basa loma jeung ku basa lemes. Lentongna sedeng bae, teu cara make basa lemes ka saluhureun. Contona : Engke bae mulang teh, mang, ngarah iuh. Pek geura dalahar kadinyah! Bisi rek sambeang di ditu tuh..! Cing nyuhunkeun cai, Bi. Ari ieu cau kenging sarupia..? (di warung). 4. Basa Sedeng,nyaeta basa lemes keur awak sorangan jeung keur ka nu satahap jeung urang. Contona : Abdi dongkap teh teu ngabantun naon-naon, gaduh artos oge mung saongkoseun Pun adi udur, teu daekeun neda-neda acan. Dina taya basa sedengna, nu dipake teh basa wajar bae, saperti : Waktos abdi labuh, leungeun abdi misalah. (ulah make kecap geubis jeung panangan) 5. Basa Lemes. Dipakena ka saluhureun, ka nu tacan loma atawa tacan wawuh jeung pikeun nyaritakeun saluhureun. Contona : Waktos Bapa Kapala geubis, pananganana misalah. Wartosna tuang rama bade angkat ka Mekah, bade sareng tuang ibu ? Basa lemes keur budak, saperti uih, eueut, ibak jste teu pantes dipake ku jalma dewasa ka anu dewasa deui.
(di serat ulang ku : M Sasmita)

Mangga Baca Selengkapnya......

Lenyepaneun: Naha Enya Di Sawarga Aya Widadari...?

DinaKitab Suci Al-Qur’an, aya dawuhan nu tétéla ti Gusti Nu Maha Asih yén jalmi-jalmi nu ariman tur ngalampahkeun amal soléh engké di sawarga baris dipaparin azwaajun muthahharah (Al-Baqarah 25; Ali Imran 15; An-Nisa’ 57) atanapi huurun `iin (Ad-Dukhan 54; Ath-Thur 20; Al-Waqi`ah 22). Panginten ku margi seuseueurna nu napsirkeun Al-Qur’an téh pameget, atuh dina tapsir-tapsir azwaajun muthahharah sering dihartikeun “bojo-bojo anu saruci”. Boa-boa ku sabab kapangaruhan dongéng karuhun yén Arjuna cenah kantos nikah sareng widadari di sawargaloka, atanapi Jaka Tarub kungsi maok kekemben widadari ti kayangan nu lungsur mandi ka bumi, nu mawi seueur panapsir Al-Qur’an nu ngahartikeun huurun `iin janten “widadari”.

Padahal istilah azwaaj (plural tina zawj) dina Al-Qur’an mah henteu salawasna mibanda harti “bojo”. Éta istilah téh tiasa ogé hartina “carogé”, “pasangan” atanapi “kumpulan”, gumantung kana kontéks masalahna. Diétang-étang, aya 70 ayat Al-Qur’an anu ngagunakeun kecap zawj atanapi azwaaj tur sagala rupi dérivasina (kecap turunanana). Dina 41 ayat hartina “pasangan”, dina 22 ayat hartina “bojo”, dina tilu ayat hartina “carogé”, tur dina opat ayat hartina “kumpulan”. Mangga urang papay hiji-hiji supados écés hartina zawj téh.

Kecap zawj sareng dérivasina kedah dihartikeun “pasangan” dina Al-Baqarah 25, 102; Ali Imran 15; An-Nisa’ 1, 57; Al-An`am 143; At-Taubah 24, Hud 40; Ar-Ra`d 3, 23; An-Nahl 72; Thaha 53; Al-Hajj 5; Al-Mu’minun 6, 27; An-Nur 6; Al-Furqan 74; Asy-Syu`ara’ 7; Ar-Rum 21; Luqman 10; Fathir 11; Yasin 36, 56; Ash-Shaffat 22; Az-Zumar 6; Al-Mu’min 8; Asy-Syura 11, 50; Az-Zukhruf 12, 70; Ad-Dukhan 54; Qaf 7; Adz-Dzariyat 49; Ath-Thur 20; An-Najm 45; Ar-Rahman 52; At-Taghabun 14; Al-Ma`arij 30; Al-Qiyamah 39; An-Naba’ 8, tur At-Takwir 7. Kecap zawj sareng dérivasina miboga harti pasangan carogé-bojo atanapi pasangan anu taya patalina kana manusa.
\r\nKecap zawj sareng dérivasina nu hartina “bojo” mung kapendak dina Al-Baqarah 35, 234, 240; An-Nisa’ 12, 20; Al-An`am 139; Al-A`raf 19; Ar-Ra`d 38; Thaha 117; Al-Anbiya’ 90; Asy-Syu`ara’ 166; Al-Ahzab 4, 6, 28, 37, 50, 53, 59; Al-Mumtahanah 11, tur At-Tahrim 1, 3, 5. Malahan aya tilu ayat Al-Qur’an ngagunakeun kecap zawj sareng dérivasina anu sihoréng hartina “carogé”, nyaéta Al-Baqarah 230, 232, tur Al-Mujadilah 1. Teras aya opat ayat Al-Qur’an ngagunakeun zawj sareng dérivasina dina harti “kumpulan” nu taya patalina kana jénder, nyaéta Al-Hijr 88, Thaha 131, Shad 58, tur Al-Waqi`ah 7.

Kecap huur, anu sering dihartikeun “widadari” téa, kecap turunan tina tilu hurup dasar ha-waw-ra anu hartina “réncang dalit”. Éta istilah tiasa dilarapkeun ka sadaya jénder, boh ka pameget boh ka istri, teu aya patalina sareng konsép “widadari” anu kawitna tina budaya Hindu. Tina tilu hurup dasar ha-waw-ra, medal kecap huur, hawarii tur huwaar, nu miboga harti “réncang”. Réréncangan Nabi Isa Al-Masih a.s. nu dua welas jumlahna tur sadayana pameget apan disebatna ogé hawariyyuun dina Ali Imran 52, Al-Ma’idah 112 tur Ash-Shaff 14. Dérivasi nu séjén tina ha-waw-ra nyaéta kecap yuhaawiru (“cacarios ka réncang”) dina Al-Kahf 34, tur kecap tahaawura (“diskusi sareng réncang”) dina Al-Mujadilah 1. Mangkaning lalawora pisan upami urang narjamahkeun huur janten “widadari”, kawas sawarga téh mung kanggo pameget wungkul. Atuh panginten seueur engké wanoja anu ngadoni, ngaraos yén Gusti téh teu adil (teu nyayagikeun “widadara” atuh da!), padahal anu teu leres mah tarjamahan sareng pihartieunana.

Ku margi numutkeun An-Nisa’ 124, An-Nahl 97 tur Al-Mu’min 40 kani’matan sawarga téh baris dipaparinkeun kanggo pameget sareng istri nu ariman tur ngalampahkeun amal soléh, nu mawi azwaajun muthahharah dina Al-Baqarah 25, Ali Imran 15 tur An-Nisa’ 57 ku urang kedah dihartikeun “pasangan-pasangan anu saruci”. Tarjamahan tina wa zawwajnaahum bi huurin `iin dina Ad-Dukhan 54 tur Ath-Thur 20 sanés “Dan Kami berikan kepada meréka bidadari” cara dina Al-Qur’an dan Terjemahnya ti Departemén Agama, nanging leresna mah “Dan Kami pasangkan meréka dengan teman setia.” Janten boh ka pameget boh ka istri Allah nyayagikeun éta huur téh! Salajengna kedah diémutan yén sagala rupi kani’matan sawarga anu ditétélakeun ku Gusti dina Al-Qur’an teu kénging ku urang téh disamikeun sareng kani’matan duniawi ayeuna. Komo kacida naifna upami urang ngabayangkeun azwaaj (“pasangan”) atanapi huur (“réncang dalit”) kana mahluk anu sénsual tuluy dihubungkeun sareng birahi duniawi. Sigana di ahérat engké teu aya deui napsu dunya mah.

Istilah anu seueur dianggo dina Al-Qur’an pikeun nyebatkeun “sawarga” téh nyaéta jannah (katut pluralna jannaat), anu harti harpiahna mah “taman”. Aya 135 kali kecap jannah téh disebatkeun ku Gusti. Di antawisna aya sawelas ayat anu nyebatkeun Jannaatu `Adn (Gardens of Eden, ceuk urang Inggris mah) atanapi “Taman Kabagjaan”, nyaéta At-Taubah 72, Ar-Ra`d 23, An-Nahl 31, Al-Kahf 31, Maryam 61, Thaha 76, Fathir 33, Shad 50, Al-Mu’min 8, Ash-Shaff 12, tur Al-Bayyinah 8. Istilah nu lianna nyaéta firdaus téa (nu diinggriskeun janten paradise), dianggona dua kali, dina Al-Kahf 107 sareng Al-Mu’minun 11. Hakékat kani’matan jannah atanapi firdaus téh tangtos teu tiasa kahontal ku basana manusa. Upami Gusti nétélakeun kaayaan sawarga, éta téh supados urang tiasa ngabayangkeun kani’matan sawarga saukur kamampuh urang, padahal saéstuna mah kani’matan sawarga téh langkung ageung manan anu dicarioskeun dina Al-Qur’an.

Dina At-Taubah 72 Alloh ngadawuh: “Alloh ngajangjikeun pikeun jalma-jalma anu ariman, boh pameget boh istri, taman-taman sawarga anu di handapna cur-cor ngocor walungan-walungan. Maranéhna langgeng di dinya téh, dina bumi-bumi anu éndah di Taman Kabagjaan. Saéstuna karido ti Allah téh langkung ageung deui! Éta téh kamenangan anu agung”. Sanajan kani’matan sawarga téh kacida ageungna, aya deuih geuningan kani’matan anu langkung ageung manan sawarga, nyaéta karido ti Allah. Ku kituna, kedahna mah oriéntasi sagala aktivitasna jalmi-jalmi anu ariman téh nyaéta mardhaatil-Laah (karido ti Gusti) anu disebatkeun dina Al-Baqarah 207. Hubungan aranjeunna sareng Allah parantos nincak hubungan cinta (hubb) anu kacantum dina Al-Ma’idah 54: yuhibbuhum wa yuhibbuunah (“Anjeunna cinta ka maranéhna sarta maranéhna ogé cinta ka Anjeunna”).

Tah, éta nu saleresna jalmi-jalmi tarakwa atanapi muttaqiin téh, nu disebatkeun dina Al-Lail 18-21: “jalma-jalma anu nandonkeun naon baé nu dipiboga pikeun nyucikeun jiwana, sanés ku sabab males budi ka jalma anu masihan ni’mat, nanging nu dipiharepna téh mung karido ti Pangéranna Nu Maha Luhung, jeung saenyana engké aranjeunna dipirido.” Mugi urang sadaya kagolongkeun kana ieu réngréngan, nu dina Dinten Pangétangan (yaum al-hisab) engké baris disauran ku Gusti ngalangkungan kalimah nu kacida éndahna, nu ditétélakeun dina Al-Fajr 27-30: “Yeuh jiwa anu tingtrim (muthma’innah), geura mulang anjeun ka Pangéran anjeun kalayan rido tur dipirido. Mangga lebet ka golongan anu kumawula ka Simkuring, tur lebet ka sawargana Simkuring.”*** Irfan Anshory

Mangga Baca Selengkapnya......